Puncak Jayagiri Lembang
21 Desember 2022
Jayagiri, sebuah bukit atau gunung kecil di kaki selatan Gunung Tangkubanparahu, sejak dahulu sudah sangat dikenal sebagai tempat hiking, jalan-jalan menyusuri kesejukan dan kesegaran alam. Pada tahun 1978, nama Jayagiri pun dijadikan merek dagang (brand) untuk salah satu pelopor peralatan mendaki gunung di Indonesia, yaitu Jayagiri, yang produksinya berpusat di Kota Bandung.
Sangat banyak hal menarik terkait Puncak Jayagiri. Mulai dari kisah Franz Wilhelm Junghuhn, saluran air bersih zaman Belanda, Kampung Cilameta yang hilang, rumah sakit malaria, peternakan sapi perah, sosok Ma Idah ‘Mbi Gunung yang tinggal di sana sejak tahun 1970-an, hingga lagu legendaris “Melati dari Jayagiri”.
Puncak Jayagiri terletak di kawasan Lembang, sekitar 16 kilometer ke arah utara dari Kotam Bandung.
Sangat banyak hal menarik terkait Puncak Jayagiri. Mulai dari kisah Franz Wilhelm Junghuhn, saluran air bersih zaman Belanda, Kampung Cilameta yang hilang, rumah sakit malaria, peternakan sapi perah, sosok Ma Idah ‘Mbi Gunung yang tinggal di sana sejak tahun 1970-an, hingga lagu legendaris “Melati dari Jayagiri”.
Puncak Jayagiri terletak di kawasan Lembang, sekitar 16 kilometer ke arah utara dari Kotam Bandung.
Dampak positifnya, kawasan Jayagiri memiliki tanah yang subur dan cocok untuk dijadikan lahan perkebunan. Hal ini disadari dan dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan membangun banyak onderniming (perkebunan modern untuk saat itu). Onderniming Jayagiri, yang ditengarai sebagai salah satu onderniming tertua di kawasan Bandung Raya, salah satunya.
Sejarah lain yang masih belum terungkap adalah tentang hilangnya sebuah kampung secara misterius. Kampung yang diyakini berada di tengah kerimbunan hutan Jayagiri ini bernama Kampung Cilameta. Penulis pernah berdialog langsung dengan seorang warga sekitar yang berusia 60-70 tahun. Dia bercerita bahwa semasa kecil sering diajak ayahnya ke kampung tersebut untuk membawakan persediaan makanan bagi warga kampungnya. Tidak jelas apakah membawa persediaan makanan ini dalam arti berjualan atau mengantarkan saja.
Keterangan lain didapat dari Pak Aca, pegawai Perhutani berusia hampir 60 tahun yang sehari-hari bertugas merawat hutan di petak Jayagiri. Dia menjelaskan banyak hal tentang Jayagiri masa lalu, termasuk tentang keberadaan Kampung Cilameta Jayagiri. Pak Aca bahkan bisa menerangkan di mana letak kampung tersebut. Disebutkan, Kampung CIlameta dulunya merupakan tempat persinggahan bagi orang-orang yang melakukan perjalanan melintas dari Subang atau dari Cikole ke arah Lembang.
Dari warga lain diperoleh keterangan bahwa konon warga Kampung Cilameta meninggal semuanya karena weureu supa atau keracunan jamur, yakni jamur hutan yang dikonsumsi bersama-sama.
Terlepas dari kisah dan sejarahnya, Puncak Jayagiri tetap merupakan tempat yang indah dan menyenangkan untuk melakukan kegiatan hiking. Keamanan dan kenyamanannya terjaga. Nyaris tak ada cerita aneh-aneh dari para wisatawan yang berkunjung ke sini.
Bahkan, pemandangan dan kesegaran udaranya seringkali menjadi inspirasi para seniman menciptakan karya seni. Misalnya, lagu legendaris gubahan Abah Iwan Abdurachman yang berjudul Melati dari Jayagiri, atau lagu berbahasa Sunda dengan irama yang sangat enak didengar berjudul Jayagiri yang diciptakan dan dinyanyikan oleh seniman Sunda terkenal lainnya, Doel Soembang.